Sunday, September 28, 2014

Lost in Paris! - Why it can be happened?

Halo, perkenalkan sebelumnya. gue Djodi Hendrarto dan biasa di panggil Jodi. Gue berusia 20 tahun dan masih kuliah di Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada, gue anak ke 3 dari 3 bersaudara. Disini gue cuma mau berbagi pengalaman gue aja sih, tapi pake bahasa gue seadanya ya. Bahasa Indonesia yang baik dan benar gue masih belom bener haha, dengan bahasa apa adanya gini kadang lebih mudah di mengerti juga kan, lagian hidup udah rumit ngapain pake bahasa dirumit-rumitin lagi. Gue mau ceritain tentang perjalanan gue untuk pergi ke Slovenia yang justru berujung di Paris. Kok bisa? Jadi gini......

Kurang lebih 2 bulan yang lalu, gue dapet info tentang SiMUN yaitu Slovenia International Model United Nation. Bagi yang belom tau tentang MUN, pasti mikirnya ini adalah pendaftaran untuk menjadi model. Itusih pikiran pertama gue dulu, sebelum gue tau apa itu MUN. Nah MUN ini sebenernya semacam organisasi untuk simulasi sidang PBB dan menurut yang gue tangkep, tujuannya adalah untuk membuka pikiran global agar lebih mengetahui tentang issue atau permasalahan yang ada di dunia. tertariklah gue untuk mengikuti MUN ini. Dengan mengisi essay dan formulir yang sangat banyak, dan harus berbasiskan dan mengerti masalah politik yang padahal gue kuliah di Teknik Mesin dan bukan tipikal orang yang suka dengan dunia politik. Tapi karena politik itu penting jadi gue memaksa diri supaya ngerti. Setelah apply dan mengirimkan semua hasil kerjaan gue ke panitia SiMUN berhasil lah gue dierima untuk menjadi salah satu delegasi. Pada saat itu gue menjadi perwakilan negara Jepang. akhirnya gue mempersiapkan segalanya. Dari bikin proposal untuk nyari sponsor yang berujung kegagalan, karena gak ada sponsor yang ketarik satupun. Gue langsung muter otak untuk cari-cari donatur yang alhamdulillah berhasil gue dapetin.

Nah seiring berjalannya waktu dengan semua berkas dan dokumen yang udah ada dari mulai invitation letter, guarantee letter, asuransi perjalanan, rekening koran, dan lain-lain, akhirnya visa gue pun jadi. Tapi karena gak ada kedutaan besar Slovenia di Indonesia, jadi gue ngebuat visa di kedubes Austria. Visa itu jadi seminggu sebelum keberangkatan. Gue sengaja belom beli tiket untuk keberangkatan karena takut rugi kalau sampe visa gue ditolak. Yang ada malah angus semua tuh tiket. Sampe akhirnya H-3 pun gue belom beli tiket karena kredit nyokap gue ada masalah dan ke block sama sistem. Bingunglah gue, dan akhirnya H-1 gue berangkat, gue bisa beli tiket melalui online. Setelah beli tiket dengan rute Jakarta-Kuala Lumpur naik Malaysia Airlines, Kuala Lumpur-Paris naik Qatar Airways yang transit dulu di Doha, dan Paris-Slovenia naik Adria Airways. Gue sengaja beli tiket untuk ke Eropa melalui Malaysia karena memang lebih murah. Dan tiba-tiba, malemnya sebelum gue berangkat gue dapet telpon dari orang travel tersebut kalau pesawat dari Paris ke Slovenia nya gak bisa. Naik darah lah gue, udah tinggal bentar lagi mau berangkat, eh malah gak bisa dan dadakan pula. dan mau gak mau gue nambah harga tiket dengan airlines yang berbeda yaitu Air France. 

Dan keesokan harinya, pukul 03.00 WIB gue udah berangkat ke Bandara karena gue dapet flight pagi. Dan gak tau kenapa tiba-tiba perasaan gue udah gak enak banget. Gue bilang ke bokap waktu itu, "Pa, perasaanku gak enak, kenapa aku jadi takut ya?" Bokap gue langsung megang kepala gue dan bilang "Anak papa gaboleh takut!" haha emang ini keliatan kayak anak kecil, cuma gue gak malu untuk share tentang ini. Ya dia orang tua gue kenapa harus malu, ya kan? Dan sampailah gue di bandara, setelah check-in dan naro bagasi, masih dengan perasaan yang campur aduk gak kaya biasanya gue traveling. Masuklah gue ke ruang tunggu, tapi sebelumnya gue solat dulu di Mushola airport. Gak lama kenudian gue udah di dalem pesawat dan terbanglah ke Kuala Lumpur, Malaysia. Dan kemudian transfer untuk lanjutin penerbangan dari Kuala Lumpur-Paris dan transit di Doha dulu sebelumnya. Setibanya di Paris, udara dingin langsung kerasa suhunya sekitar 10 derajat waktu itu. Gue hanya bermalam 1 hari saja di Paris untuk melanjutkan perjalanan ke Slovenia besok harinya. Gue selalu membawa passport dan uang didalam 1 pocket traveling dan gue taro di dalam tas selempang. Karena gue terburu-buru udah di tungguin sama temen gue orang Perancis asli dan susah ngomong Inggris. Gue komunikasi via Facebook, akhirnya dengan cepat gue menuju ke stasiun kereta yang ada di Bandara Charles de Gaulle. Pas di depan kereta gue sadar kalo pocket traveling gue gak ada. Paniklah gue dan langsung balik arah untuk nyari, dan sepanjang perjalanan ternyata masih belum ketemu juga. Gue datengin semua meja informasi dan gak satupun dari mereka yang nemuin pocket gue itu. Dan seorang wanita asli Perancis ngomong ke gue setelah tau gue dari Indonesia "Don't worry, Allah will always beside you" dan seketika gue tersenyum ke orang itu sambil nyebut "Amin" Gue pun langsung tanya ke salah satu orang di meja informasi tersebut, “Where is the Mosque for praying?” karena gue yakin dia gak ngerti Mushola, makanya gue nyebutnya pake sebutan Mosque. Setelah diberi arahan gue langsung menuju ke Mushola, untuk Sholat Isya sekaligus nenangin diri dan berharap akan ada keajaiban dengan passport gue yang ilang. Dan akhirnya ketemulah gue dengan sebuah pintu, mirip dengan pintu yang ada di  restoran-restoran untuk menuju ke dapur. Akhirnya gue masuk dan ketemu lah gue sama seorang laki-laki Perancis yang bertanya “what is your religion?” dan langsung gue jawab “moslem”. Orang itu langsung berkata,” Assalamualaikum” sambil tersenyum, dan langsung gue jawab salam dari orang itu. Sambil menuju ke mushola, di samping mushola tersebut ada juga ruangan untuk umat Yahudi beribadah, dan disebelahnya lagi ada tempat untuk umat Katolik dan Kristen beribadah. Setelah solat gue mencoba mendatangi counter Lost and Found yang ada di bandara. Lagi-lagi gue ketemu dengan lelaki Perancis yang tadi menunjukkan mushola berada. Sambil bercanda dia pun bertanya, “Do you want to pray again in here?” dengan sedikit senyum dan menjelaskan apa yang sedang gue alamin disini. Setelah menjelaskan, ternyata counter Lost and Found sudah tutup dari jam 20.30 dan pada saat itu sudah jam 21.00. Dia berkata gue harus nunggu sampai besok pagi jam 8.30. Dan lelaki ini mengantarkan gue untuk kembali masuk ke dalam dan menuju ke kepolisian bandara, tanpa bantuan orang ini gue gak bakalan diperbolehin masuk. Setelah di pos polisi tersebut, lelaki ini langsung menjelaskan apa yang sedang terjadi, polisinya pun langsung mengambil dua lembar kertas laporan kehilangan. Laki-laki tadi sudah harus pulang dan meninggalkan gue di pos polisi itu karena dia harus kembali ke rumah. Dan satu permasalahan lagi muncul, ketika gue menjelaskan kepada polisi tadi menggunakan bahasa inggris yang menurut gue sudah sangat jelas, polisi itu justru membalas dengan bahasa perancis. Jadi ya omongan kita gak nyambung, emang susah banget nyari orang yang bisa berbahasa inggris di sini. Mungkin karena mereka terlalu mencintai dan menghargai bahasa mereka sendiri. Sampai akhirnya polisi ini nyuruh gue untuk keluarin “identity card” Cuma dua kata ini yang gue ngerti dari semua yang dia omongin. Dia nyuruh gue nulis nama, alamat dan identitas lainnya. Setelah selesai gue tetep disuruh nunggu sampai paginya. Semalaman di bandara bukan hal yang buruk sebenernya. Dengan suhu 10 derajat menambah kesegaran di malam itu. Masih dalam kondisi yang sangat panik, yang ingin gue lakuin cuman nelpon bokap gue. Gue cari cara gimana bisa nelpon. Akhirnya gue ngomong di grup whatsapp keluarga gue, minta tolong sms bokap gue untuk nelpon gue. Gue juga ngejelasin kalo passport dan uang gue ilang, dan seketika keluarga gue di grup itu panik semua. Cari cara supaya gue gak terlantar, mereka mencoba ngasih gue solusi. Tapi solusi yang mereka kasih udah gue lakuin semua, dari yang ke polisi bandara sampai ngehubungin PPI Perancis (Persatuan Pelajar Indonesia yang ada di Perancis) tapi gak ada balesan, ya iyalah gak ada balesan, orang masih jam 12.00 malem di Paris pasti masih pada tidur kan, sementara di Indonesia udah jam 05.00 pagi jadi Cuma orang-orang yang ada di Indonesia yang bisa gue hubungin. Sampai salah satu saudara gue yang kerja di Metro Tv ngasih nomor telepon dan email salah satu staff lokal yang ada di KBRI namanya Pak Jeff, beliau warga asli Perancis yang udah sangat lancer berbahasa Indonesia. Langsung lah gue hubungin melalui email. Setelah itu gue masih nunggu terus sambil ditemenin sama temen-temen gue yang udah bangun. Mereka pun ikutan panik, gue minta tolong temen gue untuk sms bokap gue supaya segera nelpon gue karena gue luar biasa bingung dan panik. Cuma gue tipikal orang yang pinter buat nutupin semua itu dan bisa keliatan biasa aja. Ternyata masih belom bisa nyambung juga telpon bokap gue, ya udah gue sabar aja nunggu sampai pagi. Dan nunggu respon dari orang KBRI dan PPI Perancis. Sambil terus mondar-mandir nelusurin jalanan yang gue lewatin, karena siapa tau ketemu. Perut yang udah laper banget karena belom makan hampir 24 jam, bahkan gak ada minum, sebenernya gue dapet makanan 2 kali di pesawat, tapi karena gue tidur sampe gue nyampe di Paris, jadinya gue Cuma dapet makan sekali, bodohnya emang. Dan akhirnya gue minum air keran di kamar mandi. Dan balik lagi mondar-mandir kesana-kemari. Tiba-tiba perut gue mules, bukan karena air keran tapi emang mau pup, gue langsung ke kamar mandi dan tadaaaaaa…………….gak ada air buat istinja. Akhirnya gue mondar-mandir lagi, sambil nahan pup. Sampai akhirnya gue gak tahan juga, akhirnya gue balik ke toilet, ambil tissue yang super banyak, dan gue basahin dikeran. Dan gue bisa buang air besar dengan tenang. Lain kali emang harus bawa tissue basah ya kalau jalan-jalan. Sebenernya gue bawa, tapi gak kepiukiran. Itulah bodohnya saya.

03.00 gue dapet balesan nih dari orang KBRI disuruh ngehubungin Ibu Gracia dan ada nomor teleponnya, okelah setidaknya gue udah dapetin nomor orang KBRI biar nanti kalau petugas-petugas bandara udah dateng gue bisa minta tolong mereka buat ngehubungin. Masih sambil nunggu dan nunggu, akhirnya gue berniat untuk solat malam, gue jalan ke mushola dan………..musholanya tutup dan dikonci, jadi gue duduk ditempat duduk umum yang ada dipinggiran, gue ambil air wudhu ditoilet dan sholat di ruang tunggu dengan menggelar sajadah. Gue gak peduli kalo bakalan diliat sama orang-orang yang lewat,. Yang penting gue solat dan tenang. Dan gak ada orang lewat juga sebenernya, kan gue sendirian di bandara itu. Sepi banget.


Nah, penasaran gimana kelanjutannya? Dilanjutin nanti ya, di postingan-postingan selanjutnya nanti gue jelasin gimana akhirnya gue bisa survive. Okay, see you! 

2 comments:

  1. Boleh saya minta kontak orang KBRI di paris (boleh email atau telpon) inshaAllah 3 august ini saya akan backpacker ke paris buat jaga jaga aja sih biar ada yg bisa dihubungin jika terjadi sesuatu. Makasih

    ReplyDelete
  2. Top 10 Canadian Casinos with Casino Sites 2021
    Looking for a trusted casino with 토토 사이트 운영 no deposit bonuses? — The Top 10 Canadian 케이 뱃 Casinos with 토토 랜드 같은 사이트 Casino Sites 2021 ⏩ Discover the best casinos to 🏆 Best Canadian 세븐 포커 Casino: Ruby Fortune🏆 Best Free Spins Casino: LeoVegas🏆 Best Casino 레드 벨벳 러시안 룰렛 Bonuses: 888casino

    ReplyDelete