Halo, perkenalkan sebelumnya. gue Djodi
Hendrarto dan biasa di panggil Jodi. Gue berusia 20 tahun dan masih kuliah di
Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada, gue anak ke 3 dari 3 bersaudara. Disini
gue cuma mau berbagi pengalaman gue aja sih, tapi pake bahasa gue seadanya ya. Bahasa
Indonesia yang baik dan benar gue masih belom bener haha, dengan bahasa apa
adanya gini kadang lebih mudah di mengerti juga kan, lagian hidup udah rumit
ngapain pake bahasa dirumit-rumitin lagi. Gue mau ceritain tentang perjalanan
gue untuk pergi ke Slovenia yang justru berujung di Paris. Kok bisa? Jadi
gini......
Kurang lebih 2 bulan yang lalu, gue dapet
info tentang SiMUN yaitu Slovenia International Model United Nation. Bagi yang
belom tau tentang MUN, pasti mikirnya ini adalah pendaftaran untuk menjadi
model. Itusih pikiran pertama gue dulu, sebelum gue tau apa itu MUN. Nah MUN ini
sebenernya semacam organisasi untuk simulasi sidang PBB dan menurut yang gue
tangkep, tujuannya adalah untuk membuka pikiran global agar lebih mengetahui
tentang issue atau permasalahan yang ada di dunia. tertariklah gue untuk
mengikuti MUN ini. Dengan mengisi essay dan formulir yang sangat banyak, dan
harus berbasiskan dan mengerti masalah politik yang padahal gue kuliah di
Teknik Mesin dan bukan tipikal orang yang suka dengan dunia politik. Tapi
karena politik itu penting jadi gue memaksa diri supaya ngerti. Setelah apply
dan mengirimkan semua hasil kerjaan gue ke panitia SiMUN berhasil lah gue
dierima untuk menjadi salah satu delegasi. Pada saat itu gue menjadi perwakilan
negara Jepang. akhirnya gue mempersiapkan segalanya. Dari bikin proposal untuk
nyari sponsor yang berujung kegagalan, karena gak ada sponsor yang ketarik
satupun. Gue langsung muter otak untuk cari-cari donatur yang alhamdulillah
berhasil gue dapetin.
Nah seiring berjalannya waktu dengan semua
berkas dan dokumen yang udah ada dari mulai invitation letter, guarantee
letter, asuransi perjalanan, rekening koran, dan lain-lain, akhirnya visa gue
pun jadi. Tapi karena gak ada kedutaan besar Slovenia di Indonesia, jadi gue
ngebuat visa di kedubes Austria. Visa itu jadi seminggu sebelum keberangkatan.
Gue sengaja belom beli tiket untuk keberangkatan karena takut rugi kalau sampe
visa gue ditolak. Yang ada malah angus semua tuh tiket. Sampe akhirnya H-3 pun
gue belom beli tiket karena kredit nyokap gue ada masalah dan ke block sama
sistem. Bingunglah gue, dan akhirnya H-1 gue berangkat, gue bisa beli tiket
melalui online. Setelah beli tiket dengan rute Jakarta-Kuala Lumpur naik
Malaysia Airlines, Kuala Lumpur-Paris naik Qatar Airways yang transit dulu di
Doha, dan Paris-Slovenia naik Adria Airways. Gue sengaja beli tiket untuk ke
Eropa melalui Malaysia karena memang lebih murah. Dan tiba-tiba, malemnya
sebelum gue berangkat gue dapet telpon dari orang travel tersebut kalau pesawat
dari Paris ke Slovenia nya gak bisa. Naik darah lah gue, udah tinggal bentar lagi
mau berangkat, eh malah gak bisa dan dadakan pula. dan mau gak mau gue nambah
harga tiket dengan airlines yang berbeda yaitu Air France.
Dan keesokan harinya, pukul 03.00 WIB gue
udah berangkat ke Bandara karena gue dapet flight pagi. Dan gak tau kenapa
tiba-tiba perasaan gue udah gak enak banget. Gue bilang ke bokap waktu itu,
"Pa, perasaanku gak enak, kenapa aku jadi takut ya?" Bokap gue
langsung megang kepala gue dan bilang "Anak papa gaboleh takut!" haha
emang ini keliatan kayak anak kecil, cuma gue gak malu untuk share tentang ini.
Ya dia orang tua gue kenapa harus malu, ya kan? Dan sampailah gue di bandara,
setelah check-in dan naro bagasi, masih dengan perasaan yang campur aduk gak
kaya biasanya gue traveling. Masuklah gue ke ruang tunggu, tapi sebelumnya gue
solat dulu di Mushola airport. Gak lama kenudian gue udah di dalem pesawat dan
terbanglah ke Kuala Lumpur, Malaysia. Dan kemudian transfer untuk lanjutin
penerbangan dari Kuala Lumpur-Paris dan transit di Doha dulu sebelumnya.
Setibanya di Paris, udara dingin langsung kerasa suhunya sekitar 10 derajat
waktu itu. Gue hanya bermalam 1 hari saja di Paris untuk melanjutkan perjalanan
ke Slovenia besok harinya. Gue selalu membawa passport dan uang didalam 1
pocket traveling dan gue taro di dalam tas selempang. Karena gue terburu-buru
udah di tungguin sama temen gue orang Perancis asli dan susah ngomong Inggris.
Gue komunikasi via Facebook, akhirnya dengan cepat gue menuju ke stasiun kereta
yang ada di Bandara Charles de Gaulle. Pas di depan kereta gue sadar kalo
pocket traveling gue gak ada. Paniklah gue dan langsung balik arah untuk nyari,
dan sepanjang perjalanan ternyata masih belum ketemu juga. Gue datengin semua
meja informasi dan gak satupun dari mereka yang nemuin pocket gue itu. Dan
seorang wanita asli Perancis ngomong ke gue setelah tau gue dari Indonesia
"Don't worry, Allah will always beside you" dan seketika gue
tersenyum ke orang itu sambil nyebut "Amin" Gue pun langsung tanya
ke salah satu orang di meja informasi tersebut, “Where is the Mosque for
praying?” karena gue yakin dia gak ngerti Mushola, makanya gue nyebutnya pake
sebutan Mosque. Setelah diberi arahan gue langsung menuju ke Mushola, untuk
Sholat Isya sekaligus nenangin diri dan berharap akan ada keajaiban dengan
passport gue yang ilang. Dan akhirnya ketemulah gue dengan sebuah pintu, mirip
dengan pintu yang ada di
restoran-restoran untuk menuju ke dapur. Akhirnya gue masuk dan ketemu
lah gue sama seorang laki-laki Perancis yang bertanya “what is your religion?”
dan langsung gue jawab “moslem”. Orang itu langsung berkata,” Assalamualaikum”
sambil tersenyum, dan langsung gue jawab salam dari orang itu. Sambil menuju ke
mushola, di samping mushola tersebut ada juga ruangan untuk umat Yahudi
beribadah, dan disebelahnya lagi ada tempat untuk umat Katolik dan Kristen
beribadah. Setelah solat gue mencoba mendatangi counter Lost and Found yang ada
di bandara. Lagi-lagi gue ketemu dengan lelaki Perancis yang tadi menunjukkan
mushola berada. Sambil bercanda dia pun bertanya, “Do you want to pray again in
here?” dengan sedikit senyum dan menjelaskan apa yang sedang gue alamin disini.
Setelah menjelaskan, ternyata counter Lost and Found sudah tutup dari jam 20.30
dan pada saat itu sudah jam 21.00. Dia berkata gue harus nunggu sampai besok
pagi jam 8.30. Dan lelaki ini mengantarkan gue untuk kembali masuk ke dalam dan
menuju ke kepolisian bandara, tanpa bantuan orang ini gue gak bakalan
diperbolehin masuk. Setelah di pos polisi tersebut, lelaki ini langsung
menjelaskan apa yang sedang terjadi, polisinya pun langsung mengambil dua
lembar kertas laporan kehilangan. Laki-laki tadi sudah harus pulang dan
meninggalkan gue di pos polisi itu karena dia harus kembali ke rumah. Dan satu
permasalahan lagi muncul, ketika gue menjelaskan kepada polisi tadi menggunakan
bahasa inggris yang menurut gue sudah sangat jelas, polisi itu justru membalas
dengan bahasa perancis. Jadi ya omongan kita gak nyambung, emang susah banget
nyari orang yang bisa berbahasa inggris di sini. Mungkin karena mereka terlalu
mencintai dan menghargai bahasa mereka sendiri. Sampai akhirnya polisi ini
nyuruh gue untuk keluarin “identity card” Cuma dua kata ini yang gue ngerti
dari semua yang dia omongin. Dia nyuruh gue nulis nama, alamat dan identitas
lainnya. Setelah selesai gue tetep disuruh nunggu sampai paginya. Semalaman di
bandara bukan hal yang buruk sebenernya. Dengan suhu 10 derajat menambah
kesegaran di malam itu. Masih dalam kondisi yang sangat panik, yang ingin gue
lakuin cuman nelpon bokap gue. Gue cari cara gimana bisa nelpon. Akhirnya gue
ngomong di grup whatsapp keluarga gue, minta tolong sms bokap gue untuk nelpon
gue. Gue juga ngejelasin kalo passport dan uang gue ilang, dan seketika
keluarga gue di grup itu panik semua. Cari cara supaya gue gak terlantar,
mereka mencoba ngasih gue solusi. Tapi solusi yang mereka kasih udah gue lakuin
semua, dari yang ke polisi bandara sampai ngehubungin PPI Perancis (Persatuan
Pelajar Indonesia yang ada di Perancis) tapi gak ada balesan, ya iyalah gak ada
balesan, orang masih jam 12.00 malem di Paris pasti masih pada tidur kan,
sementara di Indonesia udah jam 05.00 pagi jadi Cuma orang-orang yang ada di
Indonesia yang bisa gue hubungin. Sampai salah satu saudara gue yang kerja di
Metro Tv ngasih nomor telepon dan email salah satu staff lokal yang ada di KBRI
namanya Pak Jeff, beliau warga asli Perancis yang udah sangat lancer berbahasa
Indonesia. Langsung lah gue hubungin melalui email. Setelah itu gue masih
nunggu terus sambil ditemenin sama temen-temen gue yang udah bangun. Mereka pun
ikutan panik, gue minta tolong temen gue untuk sms bokap gue supaya segera
nelpon gue karena gue luar biasa bingung dan panik. Cuma gue tipikal orang yang
pinter buat nutupin semua itu dan bisa keliatan biasa aja. Ternyata masih belom
bisa nyambung juga telpon bokap gue, ya udah gue sabar aja nunggu sampai pagi. Dan
nunggu respon dari orang KBRI dan PPI Perancis. Sambil terus mondar-mandir
nelusurin jalanan yang gue lewatin, karena siapa tau ketemu. Perut yang udah
laper banget karena belom makan hampir 24 jam, bahkan gak ada minum, sebenernya
gue dapet makanan 2 kali di pesawat, tapi karena gue tidur sampe gue nyampe di
Paris, jadinya gue Cuma dapet makan sekali, bodohnya emang. Dan akhirnya gue
minum air keran di kamar mandi. Dan balik lagi mondar-mandir kesana-kemari. Tiba-tiba
perut gue mules, bukan karena air keran tapi emang mau pup, gue langsung ke
kamar mandi dan tadaaaaaa…………….gak ada air buat istinja. Akhirnya gue
mondar-mandir lagi, sambil nahan pup. Sampai akhirnya gue gak tahan juga,
akhirnya gue balik ke toilet, ambil tissue yang super banyak, dan gue basahin
dikeran. Dan gue bisa buang air besar dengan tenang. Lain kali emang harus bawa
tissue basah ya kalau jalan-jalan. Sebenernya gue bawa, tapi gak kepiukiran. Itulah
bodohnya saya.
03.00 gue dapet balesan nih dari orang
KBRI disuruh ngehubungin Ibu Gracia dan ada nomor teleponnya, okelah setidaknya
gue udah dapetin nomor orang KBRI biar nanti kalau petugas-petugas bandara udah
dateng gue bisa minta tolong mereka buat ngehubungin. Masih sambil nunggu dan
nunggu, akhirnya gue berniat untuk solat malam, gue jalan ke mushola dan………..musholanya
tutup dan dikonci, jadi gue duduk ditempat duduk umum yang ada dipinggiran, gue
ambil air wudhu ditoilet dan sholat di ruang tunggu dengan menggelar sajadah. Gue
gak peduli kalo bakalan diliat sama orang-orang yang lewat,. Yang penting gue
solat dan tenang. Dan gak ada orang lewat juga sebenernya, kan gue sendirian di
bandara itu. Sepi banget.
Nah, penasaran gimana kelanjutannya? Dilanjutin
nanti ya, di postingan-postingan selanjutnya nanti gue jelasin gimana akhirnya
gue bisa survive. Okay, see you!
Boleh saya minta kontak orang KBRI di paris (boleh email atau telpon) inshaAllah 3 august ini saya akan backpacker ke paris buat jaga jaga aja sih biar ada yg bisa dihubungin jika terjadi sesuatu. Makasih
ReplyDeleteTop 10 Canadian Casinos with Casino Sites 2021
ReplyDeleteLooking for a trusted casino with 토토 사이트 운영 no deposit bonuses? — The Top 10 Canadian 케이 뱃 Casinos with 토토 랜드 같은 사이트 Casino Sites 2021 ⏩ Discover the best casinos to 🏆 Best Canadian 세븐 포커 Casino: Ruby Fortune🏆 Best Free Spins Casino: LeoVegas🏆 Best Casino 레드 벨벳 러시안 룰렛 Bonuses: 888casino