Wednesday, October 1, 2014

Lost in Paris! - It's better to travel and get lost, than never to travel at all

Memasuki hari kedua penjelajahan gue, hari ini gue bangun kesiangan. Setelah mandi dan beres-beres, gue langsung ngebuka peta kota Paris yang gue dapetin dari anak Pak Arifi nomor 2, setelah melihat peta keseluruhan dan menghitung jumlah tempat wisata yang terlihat di peta, gue membuat target kalo gue harus mengunjungi 2 tempat sekaligus dalam sehari. Dan hari ini gue mau mengunjungi Musee de I’Armee dan Musee du Quai Branly. karena jalan ke Eiffel adalah satu-satunya akses jalanan yang gue apal, jadi gue ngelewatin Eiffel terlebih dahulu untuk menuju tempat wisata lainnya, dan ketika sampai di Eiffel gue langsung mengaktifkan wifi. Line gue pun berbunyi tanda pesan masuk, ternyata itu pesan dari temen-temen gue yang lagi-lagi meminta untuk di tulis namanya dengan background Eiffel Tower. Otak bisnis gue pun berjalan, dengan mematok harga 15 Euro perfoto. Hahah, dan mereka yang nitip foto cuma ngomong “ itung-itung pengganti oleh-oleh Jod” bener juga sih, mereka tau kondisi gue gak ada uang,. Ya apa mau dikata dengan sabar dan ikhlas gue motion satu-satu nama mereka. Setelah motion nama mereka, tiba-tiba ada seorang laki-laki Perancis nyamperin gue dan kenalan. Dengan bahasa inggris yang sangat minim, lebih minim dari gue. Setelah berbincang-bincang dengan keterbataan yang ada, dia ngomong “ I want massage”, gue ragu apa yang dimaksud ama nih bule ya, bahasa inggris dia kan agak ngaco, apakah yang dimaksud “pijat” atau “message” pesan? Dia minta kontak gue? Atau apa? Akhirnya gue menganggap klo dia ngajak gue pijet di suatu tempat, karena dia tau gue kecapean jalan kaki terus. Langsung gue bilang “no, I don’t have money for massage”, bule itu ngebales,”no! I want you massage” gue makin bingung maksud koe opo toh le? Dia terus mengulang kata-katanya “I want you massage!” dan gue akhirnya nangkep apa maksudnya dia. Di nyuruh gue buat mijetin dia, emang kampret seenak jidat, kalo bisa gue kemplang tuh bule. Emangnya eyke cowok apa cyiiiin? gue berlaga bego disitu, gue jago banget kalo akting bego, temen-temen gue suka percaya kalo gue bego, dan ngatain gue bego terus. Jago kan gue? Akhirnya setelah gue berlaga bego, dan mungkin itu bule tau gue kagak punya uang, dengan nada agak tinggi dia berkata, “OK! 30 EURO” Ngeheque emangnya gua kang pijet? Dan ternyata dia adalah seorang gay. Kenapa??? Kenapa selalu………..??? di Jogja, pernah ada tante-tante yang nawar gue. Disini??? Bule ini mau ngebayar 30 Euro! Emangnya muka gue kaya pedagang? Emangnye badan gue kayak gerobag pedagang kaki lima? Kenapa?? Kenapaaaa??? Seketika gue langsung ngejauh dari orang itu. Cepet-cepet pergi menuju tempat wisata selanjutnya, tingkat kewaspadaan gue semakin tinggi disini, gue harus waspada. Kalo gue khilaf dan jual diri disini gimana? Apa kata dunia? Ya…..oke gue tau dunia juga gak peduli. Hm, akhirnya setelah melanjutkan perjalanan ya kurang lebih 15 menit dari menara Eiffel, sampailah gue di Musee de I’Armee. sebenernya gue bingung, ini hotel, museum, atau apa. Karena nama tempat ini sebenernya Hotel de Invalides, tapi menurut info yang gue dapet, ini adalah tempat pemakaman beberapa tentara Perancis, termasuk Napoleon Bonaparte. Bener atau nggak juga gak tau. Gimana mau tau, uang buat tiket masuk aja gak ada. Akhirnya gue Cuma foto, dan ngupdate di Path, biar kayak anak jaman sekarang. 



Setelah itu gue berjalan lagi untuk ketempat yang kedua mau gue datengin. Diperjalanan, lagi-lagi gue mendapatkan kisah menyeramkan, pas gue lagi jalan, tiba-tiba diteriakkin dari mobil sama bule, “Hey you! Spanyol? Spanyol?” bule ini ngira gue orang Spanyol, reflek gue teriak, “Kagak, bukan!”  gue malah teriak pake bahasa Indonesia, bodohnya emang. Setelah sadar gue langsung teriak, “No! No!” langsung lagi gue kabur, daripada ditawar lagi. Ya ini satu pelajaran sih, walaupun ini negara maju, kota mode, yang semua serba mahal, justru tingkat asusila dan kriminal disini lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Baru kali ini, gue jalan-jalan jauh, dan kangen Indonesia sepenuhnya, jiwa nasionalis gue mencuat tinggi disini. Pengen balik cepet rasanya, tapi dibalik itupun gue masih penasaran dengan perjalanan gue selama disini. Sambil berjalan dan tetep waspada, karena gue berjalan sambil ngeliatin peta juga, akhirnya gue sampe di Musee du Quai Branly, 



udah di wanti-wanti sama sodara gue yang bilang, “I hate Paris so much” karena apa-apa mahal dan berbahaya. Dia ngomong ke gue supaya hati-hati kalo minta tolong fotoin ke penduduk lokal. Bisa-bisa ada lagi yang ilang. Ya daripada hp gue ini lenyap juga? Mending gue nyari aman, karena ini harta gue satu-satunya, selain barang berharga yang selalu menggantung ditubuh ini. Maksudnya kamera digital yang gue kalungin ya J J, walaupun sesekali gue minta tolong fotoin sama turis yang membawa keluarganya. Mungkin itu jauh lebih aman. Banyak nasihat yang sodara gue kasih, dari yang harus hati-hati kalau ada orang yang "beratraksi" di pinggir jalan, mereka bisa aja memaksa untuk minta duit karena kita nonton mereka atraksi, dan nasihat ini bener-bener terjadi ya walaupun bukan kejadian di gue untungnya, karena ketika gue lagi jalan, ada beberapa orang yang memaksa untuk ditonton atraksinya kepada 2 orang turis. Tanpa perasaan kepo dan nguping sedikitpun, gue langsung menjauh dari orang itu, lagi-lagi cari aman. Atau kalau ada uang jatoh, jangan nengok. Untuk yang satu ini mungkin gue bakal pikir 2 kali untuk ngelakuinnya, gue gak punya uang kalo nemu uang jatoh masa gak gue ambil? Bisa aja itu rejeki dari Tuhan kan? Masa gue tolak, haha. Ya pada kenyataannya gue juga nggak nemuin uang jatoh itu sih. Setelah mengambil beberapa foto di museum ini, gue pun berjalan menuju ke Eiffel Tower lagi, untuk sejenak beristirahat sambil wifi-an di favorite spot gue, Champ de Mars.

Teringat salah satu nasihat yang gue terima, kita nggak harus terpelosok untuk belajar. Maksudnya adalah, kita bisa belajar dari pengalaman orang lain, supaya kita gak jatuh dilobang yang sama dengan orang lain. Karena hanya keledai yang akan terjatuh di lobang yang sama. Berhubung gue belom punya temen yang mengalami pengalaman kayak gini, kehilangan uang, dan passport. Jadi gue nggak tau dan ini yang gue jadikan pengalaman untuk gue pribadi dan juga kalian yang suka bepergian ke luar negeri. Bukan untuk menggurui, cuman ingin berbagi. Supaya kalian yang membaca tulisan ini tidak terjatuh dilobang gue terjatuh dan tak tau arah jalan pulang, dalam artian bisa lebih waspada dan hati-hati dimanapun dan kapanpun kalian berada. gue pun baru tau, kalau disini punya peraturan pemerintah, satu kamar hanya untuk satu orang. mungkin itu dia kenapa nggak ada yang mau sharing ruangan. beda kan sama Indonesia?


Setelah istirahat sejenak gue kembali ke apartemen dan berisitirahat, sambil menanyakan ke temen-temen gue yang pernah kesini. Kira-kira tempat wisata apa yang gratis, jawabannya sangat pasti………nggak ada yang gratis, paling Cuma jalan-jalan dan foto-foto. Ya itulah yang bisa gue lakuin disini daripada diem diapartemen, lumutan dimakan waktu mending gue mengeksplorasi lebih jauh dan semakin besar rasa penasaran gue, akan seperti apa gue besok? Lusa? Sampai akhirnya gue balik ke Indonesia. Atau mungkin gue gak bisa balik ke Indonesia, dan jadi TKI di sini? Atau malah bisnis Massage Prostitusi? Entahlah…………….

No comments:

Post a Comment