Memasuki hari kedua penjelajahan
gue, hari ini gue bangun kesiangan. Setelah mandi dan beres-beres, gue langsung
ngebuka peta kota Paris yang gue dapetin dari anak Pak Arifi nomor 2, setelah
melihat peta keseluruhan dan menghitung jumlah tempat wisata yang terlihat di peta, gue membuat target kalo gue harus mengunjungi 2 tempat sekaligus dalam
sehari. Dan hari ini gue mau mengunjungi Musee
de I’Armee dan Musee du Quai Branly. karena
jalan ke Eiffel adalah satu-satunya akses jalanan yang gue apal, jadi gue
ngelewatin Eiffel terlebih dahulu untuk menuju tempat wisata lainnya, dan
ketika sampai di Eiffel gue langsung mengaktifkan wifi. Line gue pun berbunyi
tanda pesan masuk, ternyata itu pesan dari temen-temen gue yang lagi-lagi
meminta untuk di tulis namanya dengan background Eiffel Tower. Otak bisnis gue
pun berjalan, dengan mematok harga 15 Euro perfoto. Hahah, dan mereka yang
nitip foto cuma ngomong “ itung-itung pengganti oleh-oleh Jod” bener juga sih,
mereka tau kondisi gue gak ada uang,. Ya apa mau dikata dengan sabar dan ikhlas
gue motion satu-satu nama mereka. Setelah motion nama mereka, tiba-tiba ada
seorang laki-laki Perancis nyamperin gue dan kenalan. Dengan bahasa inggris
yang sangat minim, lebih minim dari gue. Setelah berbincang-bincang dengan
keterbataan yang ada, dia ngomong “ I want massage”, gue ragu apa yang dimaksud
ama nih bule ya, bahasa inggris dia kan agak ngaco, apakah yang dimaksud “pijat”
atau “message” pesan? Dia minta kontak gue? Atau apa? Akhirnya gue menganggap
klo dia ngajak gue pijet di suatu tempat, karena dia tau gue kecapean jalan
kaki terus. Langsung gue bilang “no, I don’t have money for massage”, bule itu
ngebales,”no! I want you massage” gue makin bingung maksud koe opo toh le? Dia terus
mengulang kata-katanya “I want you massage!” dan gue akhirnya nangkep apa
maksudnya dia. Di nyuruh gue buat mijetin dia, emang kampret seenak jidat, kalo
bisa gue kemplang tuh bule. Emangnya eyke cowok apa cyiiiin? gue berlaga bego
disitu, gue jago banget kalo akting bego, temen-temen gue suka percaya kalo gue
bego, dan ngatain gue bego terus. Jago kan gue? Akhirnya setelah gue berlaga
bego, dan mungkin itu bule tau gue kagak punya uang, dengan nada agak tinggi
dia berkata, “OK! 30 EURO” Ngeheque emangnya gua kang pijet? Dan ternyata dia
adalah seorang gay. Kenapa??? Kenapa selalu………..??? di Jogja, pernah ada
tante-tante yang nawar gue. Disini??? Bule ini mau ngebayar 30 Euro! Emangnya muka
gue kaya pedagang? Emangnye badan gue kayak gerobag pedagang kaki lima? Kenapa??
Kenapaaaa??? Seketika gue langsung ngejauh dari orang itu. Cepet-cepet pergi
menuju tempat wisata selanjutnya, tingkat kewaspadaan gue semakin tinggi
disini, gue harus waspada. Kalo gue khilaf dan jual diri disini gimana? Apa kata
dunia? Ya…..oke gue tau dunia juga gak peduli. Hm, akhirnya setelah melanjutkan
perjalanan ya kurang lebih 15 menit dari menara Eiffel, sampailah gue di Musee de I’Armee. sebenernya gue
bingung, ini hotel, museum, atau apa. Karena nama tempat ini sebenernya Hotel
de Invalides, tapi menurut info yang gue dapet, ini adalah tempat pemakaman
beberapa tentara Perancis, termasuk Napoleon Bonaparte. Bener atau nggak juga
gak tau. Gimana mau tau, uang buat tiket masuk aja gak ada. Akhirnya gue Cuma foto,
dan ngupdate di Path, biar kayak anak jaman sekarang.
Setelah itu gue berjalan
lagi untuk ketempat yang kedua mau gue datengin. Diperjalanan, lagi-lagi gue
mendapatkan kisah menyeramkan, pas gue lagi jalan, tiba-tiba diteriakkin dari
mobil sama bule, “Hey you! Spanyol? Spanyol?” bule ini ngira gue orang Spanyol,
reflek gue teriak, “Kagak, bukan!” gue
malah teriak pake bahasa Indonesia, bodohnya emang. Setelah sadar gue langsung
teriak, “No! No!” langsung lagi gue kabur, daripada ditawar lagi. Ya ini
satu pelajaran sih, walaupun ini negara maju, kota mode, yang semua serba
mahal, justru tingkat asusila dan kriminal disini lebih tinggi dibandingkan
Indonesia. Baru kali ini, gue jalan-jalan jauh, dan kangen Indonesia
sepenuhnya, jiwa nasionalis gue mencuat tinggi disini. Pengen balik cepet
rasanya, tapi dibalik itupun gue masih penasaran dengan perjalanan gue selama
disini. Sambil berjalan dan tetep waspada, karena gue berjalan sambil ngeliatin
peta juga, akhirnya gue sampe di Musee du
Quai Branly,
udah di wanti-wanti sama sodara gue yang bilang, “I hate Paris
so much” karena apa-apa mahal dan berbahaya. Dia ngomong ke gue supaya
hati-hati kalo minta tolong fotoin ke penduduk lokal. Bisa-bisa ada lagi yang
ilang. Ya daripada hp gue ini lenyap juga? Mending gue nyari aman, karena
ini harta gue satu-satunya, selain barang berharga yang selalu menggantung ditubuh ini. Maksudnya kamera
digital yang gue kalungin ya J
J, walaupun sesekali gue
minta tolong fotoin sama turis yang membawa keluarganya. Mungkin itu jauh lebih
aman. Banyak nasihat yang sodara gue kasih, dari yang harus hati-hati kalau
ada orang yang "beratraksi" di pinggir jalan, mereka bisa aja memaksa untuk minta
duit karena kita nonton mereka atraksi, dan nasihat ini bener-bener terjadi ya walaupun bukan
kejadian di gue untungnya, karena ketika gue lagi jalan, ada beberapa orang
yang memaksa untuk ditonton atraksinya kepada 2 orang turis. Tanpa perasaan
kepo dan nguping sedikitpun, gue langsung menjauh dari orang itu, lagi-lagi
cari aman. Atau kalau ada uang jatoh, jangan nengok. Untuk yang satu ini mungkin
gue bakal pikir 2 kali untuk ngelakuinnya, gue gak punya uang kalo nemu uang
jatoh masa gak gue ambil? Bisa aja itu rejeki dari Tuhan kan? Masa gue tolak,
haha. Ya pada kenyataannya gue juga nggak nemuin uang jatoh itu sih. Setelah
mengambil beberapa foto di museum ini, gue pun berjalan menuju ke Eiffel Tower
lagi, untuk sejenak beristirahat sambil wifi-an di favorite spot gue, Champ de
Mars.
Teringat salah satu nasihat yang
gue terima, kita nggak harus terpelosok untuk belajar. Maksudnya adalah, kita
bisa belajar dari pengalaman orang lain, supaya kita gak jatuh dilobang yang
sama dengan orang lain. Karena hanya keledai yang akan terjatuh di lobang yang
sama. Berhubung gue belom punya temen yang mengalami pengalaman kayak gini,
kehilangan uang, dan passport. Jadi gue nggak tau dan ini yang gue jadikan
pengalaman untuk gue pribadi dan juga kalian yang suka bepergian ke luar
negeri. Bukan untuk menggurui, cuman ingin berbagi. Supaya kalian yang membaca
tulisan ini tidak terjatuh dilobang gue terjatuh dan tak tau arah jalan pulang, dalam artian bisa lebih waspada
dan hati-hati dimanapun dan kapanpun kalian berada. gue pun baru tau, kalau disini punya peraturan pemerintah, satu kamar hanya untuk satu orang. mungkin itu dia kenapa nggak ada yang mau sharing ruangan. beda kan sama Indonesia?
Setelah istirahat sejenak gue
kembali ke apartemen dan berisitirahat, sambil menanyakan ke temen-temen gue
yang pernah kesini. Kira-kira tempat wisata apa yang gratis, jawabannya sangat
pasti………nggak ada yang gratis, paling Cuma jalan-jalan dan foto-foto. Ya itulah
yang bisa gue lakuin disini daripada diem diapartemen, lumutan dimakan waktu mending gue mengeksplorasi lebih jauh dan semakin besar rasa penasaran gue, akan
seperti apa gue besok? Lusa? Sampai akhirnya gue balik ke Indonesia. Atau mungkin
gue gak bisa balik ke Indonesia, dan jadi TKI di sini? Atau malah bisnis
Massage Prostitusi? Entahlah…………….
No comments:
Post a Comment